ZAMAN
MESOLITHIKUM
Mesolitikum
secara bahasa dapat diartikan sebagai batu tengah, merupakan tahapan
perkembangan masyarakat masa pra sejarah antara batu tua dan batu muda. Tidak
jauh berbeda dengan peride sebelumnya, kehidupan berburu atau mengumpulkan makanan.
Namun manusia pada masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan
bercocok tanam secara sederhana. Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya
berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche)
sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan
manusia pada zaman itu. Manusia Pendukung Kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa
Papua – Melanosoid.
Ciri zaman
Mesolithikum
a. Nomaden dan masih melakukan food gathering
(mengumpulkan makanan)
b.
Alat-alat yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih
merupakan alat-alat batu kasar.
c.
Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken Mondinger
(sampah dapur)
c.
Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek
(hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali
yang dibelah dan banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, Flores.
e.
Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa
Timur yang disebut Abris Sous Roche antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung
mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.
Tiga bagian penting kebudayaan Mesolithikum:
a. Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam
dari Kjoken Mondinger)
· Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
Kjokkenmoddinger
adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan
modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah
dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit
kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu atau
menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera
yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan
bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr.
P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan
hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper
(kapak genggam Palaeolithikum).
· Pebble (kapak genggam Sumatera =
Sumateralith)
Tahun
1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels menemukan kapak genggam pada saat
penelitian. Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut
dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan
lokasi penemuannya yaitu dipulau Sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak
tersebut berasal batu kali yang dipecah-pecah
· Hachecourt (kapak pendek)
bentuknya pendek (setengah lingkaran)
bentuknya pendek (setengah lingkaran)
·
Pipisan
Batu
pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk
menghaluskan cat merah. Cat merah diperkirakan digunakan untuk keperluan
religius dan untuk ilmu sihir.
b.
Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)
Oleh para
arkeolog bagian terbesar dari alat-alat yang ditemukan itu adalah tulang,
sehingga disebut sebagai Sampung Bone Culture.
c. Flakes
Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)
·
.
Abris Sous
Roche (Gua tempat tinggal)
Abris
Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal manusia purba pada
zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan
binatang buas. Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche dilakukan oleh Dr.
Van Stein Callenfels tahun 1928-1931 di goa Lawa dekat Sampung Ponorogo Jawa
Timur. Alat-alat yang ditemukan pada goa tersebut antara lain alat-alat dari
batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah diasah yang
berasal dari zaman Mesolithikum, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.
ALAT-ALAT
ZAMAN MESOLITHIKUM
Pada zaman
ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh
alat-alat tersebut adalah:
1. Kapak Genggam
Kapak
genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut
"Chopper" (alat penetak/pemotong). Kapak genggam berfungsi menggali
umbi, memotong, dan menguliti binatang.
2. Kapak Perimbas
Kapak perimbas berpungsi untuk merimbas kayu,
memahat tulang dan sebagai senjata.
3. Alat-alat dari tulang binatang atau
tanduk rusa
Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil
kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat penusuk
(belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek
ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan
sebagai alat untuk menangkap ikan.
4. Flakes
Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari
batu Chalcedon, yang dapat
digunakan untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong
sama seperti alat-alat dari tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada
umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
0 komentar:
Posting Komentar